Translate

Mindfulness

Mindfulness ~ Landasan firman Tuhan untuk tema mindfulness buat renungan kita ini, diambil kitab Pengkhotbah 3:1-15. Secara lengkap firman Tuhan tersebut saya lampirkan di bawah ini. 3:1 Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya. 3:2 Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal, ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk mencabut yang ditanam; 3:3 ada waktu untuk membunuh, ada waktu untuk menyembuhkan; ada waktu untuk merombak, ada waktu untuk membangun; 3:4 ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa; ada waktu untuk meratap; ada waktu untuk menari; 3:5 ada waktu untuk membuang batu, ada waktu untuk mengumpulkan batu; ada waktu untuk memeluk, ada waktu untuk menahan diri dari memeluk; 3:6 ada waktu untuk mencari, ada waktu untuk membiarkan rugi; ada waktu untuk menyimpan, ada waktu untuk membuang; 3:7 ada waktu untuk merobek, ada waktu untuk menjahit; ada waktu untuk berdiam diri, ada waktu untuk berbicara; 3:8 ada waktu untuk mengasihi, ada waktu untuk membenci; ada waktu untuk perang, ada waktu untuk damai. 3:9 Apakah untung pekerja dari yang dikerjakannya dengan berjerih payah? 3:10 Aku telah melihat pekerjaan yang diberikan Allah kepada anak-anak manusia untuk melelahkan dirinya. 3:11 Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.
3:12 Aku tahu bahwa untuk mereka tak ada yang lebih baik dari pada bersuka-suka dan menikmati kesenangan dalam hidup mereka. 3:13 Dan bahwa setiap orang dapat makan, minum dan menikmati kesenangan dalam segala jerih payahnya, itu juga adalah pemberian Allah. 3:14 Aku tahu bahwa segala sesuatu yang dilakukan Allah akan tetap ada untuk selamanya; itu tak dapat ditambah dan tak dapat dikurangi; Allah berbuat demikian, supaya manusia takut akan Dia. 3:15 Yang sekarang ada dulu sudah ada, dan yang akan ada sudah lama ada; dan Allah mencari yang sudah lalu. Seorang wartawan berusaha memperoleh kisah yang menyentuh rasa kemanusiaan dari seorang pria yang sudah sangat lanjut usianya yang tinggal dalam rumah jompo milik pemerintah. “Kek”, kata wartawan muda itu, “bagaimana perasaan kakek seandainya kakek tiba tiba mendapat surat uang menyatakan bahwa ada saudara jauh meninggalkan sepuluh juta dollar untuk kakek?” “Anakku”, kata orang tua itu dengan tenang, “saya tetap akan berusia sembilan puluh lima tahun bukan?” (dikutip dari tulisan Anthony de Mello) Saudara, menjadi manusia yang sadar akan batasan waktu dan masa adalah kunci manusia yang paling bahagia. Pengkotbah mengatakan untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun dibawah langit ada waktunya. Dengan menyadari hal tersebut, maka hendaknya kita mengerjakan 3 hal : Pertama, cobalah selaras dengan ukuran waktu dan masa. Yang muda jangan cepat cepat ingin menjadi tua dan yang tua jangan juga bermimpi menjadi muda (lagi). Jalani saja tiap tahapan hidup tepat seiiring dengan waktu dan masa nya. Percayalah bahwa Allah akan membuat segala sesuatu itu indah pada waktunya (Pkh 3: 11). Ingat, setiap kehidupan itu punya keindahannya sendiri sendiri. Kedua, nikmati kesenangan hidup yang asalnya dari pemberian Allah, jangan memboroskan keindahan hidup (saat ini) hanya untuk mengejar ambisi yang berujung pada ilusi (Pkh 3:12-13). Ketiga, takutlah akan Tuhan. Jangan menambahkan apa yang tidak perlu ditambahkan, dan jangan mengurangi akan apa yang tidak perlu untuk dikurangi. Dengan latihan disiplin diri untuk mengerjakan ketiga hal tsb diatas setiap hari, maka saudara dan saya akan menjadi selaras dengan ritme kehidupan. Dan itu yang akan membawa kita pada ketenangan dan kebahagiaan hidup yang mindfulness.

Post a Comment for "Mindfulness"