Keramahan Yang Dibiasakan
Keramahan yang dibiasakan ~ Landasan firman Allah untuk renungan kita ini dengan tema keramahan yang dibiasakan diambil dari surat rasul Paulus kepada Titus. Demikianlah firman Allah: “Janganlah mereka memfitnah, janganlah mereka bertengkar, hendaklah mereka selalu ramah dan bersikap lemah lembut terhadap semua orang” – Titus 3:2.
Banyak bangsa mengedepankan keramahan sebagai nilai lebihnya di mata bangsa lain. Bangsa kita pun demikian. Namun, kadangkala upaya ini membuat keramahan tak lagi muncul dari hati. Misalnya saja, saat kita mengunjungi bank, kita menerima sapaan pegawai atau pun petugas keamanannya.
Kata-kata sapaannya tertata dan seragam, tetapi tanpa rasa dan tak kontak dengan yang disapa. Mimik wajah dan bahasa tubuh terlihat tak alamiah. Hasil latihan. Sebaliknya, sekalipun mungkin bukan dengan bahasa “sekolahan”, di toko-toko kelontong kecil ataupun di pasar, kita sering lebih merasa hangat disambut. Keramahan yang muncul karena tugas atau dari hati, dapat dirasakan bedanya.
Paulus berpesan melalui Titus agar jemaat, pengikut Yesus, selalu ramah terhadap semua orang. Berlaku ramah bukan hanya kepada sesama pengikut Yesus, melainkan juga kepada semua orang, kepada mereka yang berlaku baik terhadap jemaat maupun yang tak menyukai jemaat. Mengapa? Paulus mengingatkan, bahwa kita diselamatkan juga bukan karena perbuatan baik kita (ayat 4-5). Semuanya adalah anugerah Tuhan. Anugerah itulah yang kita teruskan kepada sesama melalui sikap yang ramah.
Keramahan bagi sebagian orang butuh pembiasaan. Dalam suasana kemerdekaan ini, bagaimanakah kita menunjukkan keramahan kepada kerabat, handai taulan, tetangga, mitra usaha, atau pun rekan sejawat? Mintalah Roh Kudus menolong kita merangkai kata yang tepat, sehingga mereka bisa melihat kasih Tuhan yang meluap dari hati kita.
Post a Comment for "Keramahan Yang Dibiasakan"