Translate

Tuhan Dan Waktu Kita

Tuhan dan waktu kita bagi-Nya ~ Landasan firman Tuhan untuk renungan kita ini terambil dari kitab Keluaran 35:1-29. Dalm Keluaran 35:2, Musa dalam pimpinan, tuntunan, arahan dan bimbingan serta ilham Roh Kudus, menulis: “Enam hari lamanya boleh dilakukan pekerjaan, tetapi pada hari yang ketujuh haruslah ada perhentian kudus bagimu, yakni sabat, hari perhentian penuh bagi TUHAN; setiap orang yang melakukan pekerjaan pada hari itu, haruslah dihukum mati”.

Kutipan firman Allah di atas, memberikan kepada kita suatu pelajaran penting bagi hidup kita. Satu, kita diijinkan oleh Allah untuk melakukan tanggung jawab hidup kita dengan bekerja selama enam hari. Bekerja di sini adalah untuk memenuhi kebutuhan kehidupan kita dan juga mengelola alam yang Allah percayakan kepada kita. Dua, berhenti bekerja untuk kepentingan persekutuan dengan Allah. Waktu yang Allah berikan kepada kita bukan saja untuk kepentingan kita, tetapi juga untuk kepentingan relasi kita dengan Allah.

Harus diakui bahwa zaman di mana kita hidup saat ini sudah berubah dan juga sangat bergelora. Cara dan gaya hidup manusia juga turut berubah. Misalnya cara dan gaya hidup konsumerisme, materialisme, dan hedonisme. Orang Kristen hidup dan berinteraksi dengan semua cara dan gaya hidup tersebut.


Pada sisi lain, era globalisasi juga memberi dampak besar terhadap cara, gaya dan perilaku hidup semua orang. Pola pikir dan cara pandang manusia masa kini, semua hal diukur dengan uang. Semua kekuatan, daya dan waktu dialokasi untuk mencari dan mengumpulkan uang.

Itu sebabnya, dalam seluruh waktu hidup kita, lebih banyak kita alokasikan untuk bekerja dan mencari serta mendapatkan uang. Memang kita semua butuh uang karena tanpa uang kita akan mengalami kesulitan. Tetapi kita harus mengerti dan memahami bahwa uang hanyalah alat bukan tujuan utama kita.

Kondisi tersebut membuat kita ditarik untuk memprioritaskan waktu kita untuk mencari uang ataukah kita memprioritaskan Allah. Kalau mau jujur, kita maunya semua waktu kita gunakan untuk bekerja memenuhi kebutuhan hidup kita. Bahkan waktu untuk bersekutu dengan Tuhan yang adalah waktu Tuhan pun kita gunakan demi kepentingan kita. Di sinilah letak masalahnya. Kita tidak bisa membedakan manakah waktu yang seharusnya untuk kita dan manakah waktu yang seharusnya bagi Tuhan.

Allah memberi prioritas yang mendasar saat umat Israel diberi kesempatan kedua. Umat Allah diminta untuk sungguh-sungguh menaati seruan ini dengan tekun. Allah tidak melarang umat Israel bekerja demi memenuhi kebutuhan hidup. Dia memberi waktu enam hari untuk itu. Namun, ada waktu perhentian kudus bagi-Nya.

Bahkan, ada tambahan yang mencolok dan agak “menakutkan” dalam aturan itu. Siapa saja melanggar waktu perhentian akan dihukum mati. Apa maknanya? Allah mau supaya umat tidak sibuk dengan pekerjaan lalu melupakan-Nya. Ia menghendaki hanya satu hari dalam seminggu dikhususkan bagi-Nya.

Selain itu, umat Israel pun diundang untuk memberikan persembahan khusus kepada Allah. Persembahan ini disebut khusus karena akan dipakai dalam rangka mendirikan Kemah Suci. Mereka diundang untuk memberi bahan-bahan yang diperlukan. Laki-laki dan perempuan yang berkeahlian khusus diundang untuk mempersembahkan kemampuannya.

Undangan ini tanpa paksaan. Namun dituntut kesungguhan, kerelaan, serta tanggung jawab untuk menaatinya. Allah hanya butuh “sedikit” waktu khusus dari waktu kita. Bersediakah kita memberi waktu dan kemampuan kita bagi-Nya?

Post a Comment for "Tuhan Dan Waktu Kita"